Bayi membutuhkan nutrisi yang komplet agar dapat tumbuh dengan optimal, baik pola pikirnya maupun perilakunya. Nah, zat besi sangat diperlukan oleh bayi, terutama bayi yang lahir dengan berat rendah karena dapat mempengaruhi psikologis dan perilakunya.
Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, cenderung kekurangan zat besi. Sehingga bayi membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan seperti bayi dengan berat badan sehat lainnya yang telah menyimpan lebih banyak nutrisi.
Penelitian ini dipimpin ilmuwan dari Swedia, yang melibatkan 285 bayi yang lahir dengan berat antara 2 hingga 4 kg. Ketika bayi berusia enam minggu, para peneliti melakukan uji zat besi pada bayi dan rutin melakukan pengujian setiap 6 bulan sekali.
Pada saat bayi berusia tiga setengah tahun, tim peneliti melakukan tes IQ pada bayi dan melakukan survei pada orang tua masing-masing bayi tentang bagaimana cara merawat bayinya. Para peneliti membandingkan anak-anak yang lahir dengan berat badan rendah dan mendapat asupan zat besi, yang tidak mendapat zat besi, dan bayi dengan berat lahir normal.
Ternyata perbedaan IQ tidak didasarkan pada berat lahir bayi dan asupan zat besi, tetapi peneliti menemukan hal yang cukup mengejutkan dimana bayi dengan berat lahir rendah dan kekurangan zat besi memiliki lebih berisiko mengembangkan masalah perilaku, seperti yang dilaporkan oleh orang tuanya.
Masalah-masalah perilaku tersebut termasuk masalah pengelolaan reaksi emosional, kecemasan, depresi, masalah tidur, serta kesulitan memusatkan perhatian. Hal ini menunjukkan bahwa kekurangan zat besi pada masa bayi mungkin menjadi penyebab langsung dari masalah perilaku yang dialami oleh anak di kemudian hari.
Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, cenderung kekurangan zat besi. Sehingga bayi membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan seperti bayi dengan berat badan sehat lainnya yang telah menyimpan lebih banyak nutrisi.
Penelitian ini dipimpin ilmuwan dari Swedia, yang melibatkan 285 bayi yang lahir dengan berat antara 2 hingga 4 kg. Ketika bayi berusia enam minggu, para peneliti melakukan uji zat besi pada bayi dan rutin melakukan pengujian setiap 6 bulan sekali.
Pada saat bayi berusia tiga setengah tahun, tim peneliti melakukan tes IQ pada bayi dan melakukan survei pada orang tua masing-masing bayi tentang bagaimana cara merawat bayinya. Para peneliti membandingkan anak-anak yang lahir dengan berat badan rendah dan mendapat asupan zat besi, yang tidak mendapat zat besi, dan bayi dengan berat lahir normal.
Ternyata perbedaan IQ tidak didasarkan pada berat lahir bayi dan asupan zat besi, tetapi peneliti menemukan hal yang cukup mengejutkan dimana bayi dengan berat lahir rendah dan kekurangan zat besi memiliki lebih berisiko mengembangkan masalah perilaku, seperti yang dilaporkan oleh orang tuanya.
Masalah-masalah perilaku tersebut termasuk masalah pengelolaan reaksi emosional, kecemasan, depresi, masalah tidur, serta kesulitan memusatkan perhatian. Hal ini menunjukkan bahwa kekurangan zat besi pada masa bayi mungkin menjadi penyebab langsung dari masalah perilaku yang dialami oleh anak di kemudian hari.
Posted on 22:54 / 0
comments / Read More